Cinta pada pandangan pertama tak se-romantis kedengarannya. Riset
terkini menunjukkan, sangat mungkin bagi seseorang untuk merasakan jatuh
cinta hanya dalam hitungan detik. Namun realitasnya, cinta yang
menggebu sejak pandangan pertama tak selamanya berujung bahagia.
Relationship coach,
Nina Atwood, mengatakan sepanjang kariernya dalam menerima konsultasi
hubungan berpasangan, banyak pasangan yang menyatakan mudah jatuh cinta
dan segalanya terjadi dalam waktu instan. Namun ada juga pasangan yang
mengatakan butuh waktu untuk bilang cinta dan merasakan benar-benar
jatuh cinta pada pasangannya.
Sebuah studi yang diadakan
Syracuse University dapat menjelaskan mengenai kecenderungan orang jatuh
cinta ini. Professor Stephanie Ortigue, mengungkapkan ada sekitar 12
area di otak yang berhubungan langsung dengan perasaan cinta.
Salah
satu temuannya, perasaan euforia saat jatuh cinta tak berbeda dengan
perasaan yang muncul saat menggunakan kokain. Para peneliti menemukan,
perasaan semacam ini dapat muncul dalam hitungan detik. Mereka juga
menemukan bahwa pengalaman dan perasaan jatuh cinta juga berdasarkan
pada proses yang terjadi tak hanya di otak, tapi juga jantung dan perut.
Kalau Anda merasa sakit perut saat melihat seseorang yang spesial di
mata Anda, ini terjadi alami dan wajar ketika Anda merasakan jatuh
cinta.
Sosiolog Helen Fisher mengatakan hanya butuh beberapa
detik bagi seseorang untuk menemukan calon pendamping. Dalam sepintas
saja, Anda bisa menilai seseorang secara visual, lalu mengenali
karakternya dari suara, dan dari berbagai pertimbangan singkat itu, Anda
bisa saja membuat keputusan apakah Anda akan mendekatinya atau
menjauhinya. Apakah si dia layak dijadikan pasangan atau tidak.
Respons
kilat ini merupakan bagian dari cara kerja otak, dan memang dibutuhkan
seseorang untuk meningkatkan kemampuan merespons sesuatu dalam waktu
cepat sebagai bentuk kewaspadaan. Artinya, setiap orang memiliki
kemampuan ini secara alami dalam dirinya.
Namun menyangkut
cinta, tak semua orang bisa jatuh cinta secara instan. Survei terhadap
pasangan dengan hubungan yang tahan lama menunjukkan hanya sebagian
kecil dari mereka merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kebanyakan dari mereka butuh waktu mingguan bahkan bulanan untuk
merasakan jatuh cinta dan membina hubungan hingga akhirnya bertahan
lama.
Sementara, bagi mereka yang mudah jatuh cinta pada
pandangan pertama, masalah umumnya adalah cintanya tidak akurat.
Pasangan yang gampang jatuh cinta dan memiliki perasaan menggebu
cenderung berorientasi pada seks atau pernikahan, dan ini tak bertahan
lama. Mudah datang mudah juga cinta pergi.
Studi yang berlangsung
selama 13 tahun oleh Tom Huston dari the University of Texas Austin
(Huston et al., 2001) menemukan bahwa pasangan yang lebih stabil,
membina hubungan dalam jangka waktu lama, dan menyadari akan kekurangan
dan kelebihan masing-masing justru memiliki pernikahan yang lebih awet.
Sebaliknya,
pasangan yang mudah jatuh cinta, cepat menikah bak romantisme
Hollywood, cenderung tak mampu mempertahankan pernikahannya dan mudah
merasa tidak puas, hingga akhirnya bercerai dalam kurun waktu sekitar
tujuh tahun masa hubungan.
Atwood menyimpulkan, memang cinta pada
pandangan pertama terkesan romantis dan menggairahkan. Namun, perasaan
seperti ini bertahan sementara dan kecil kemungkinannya berujung pada
hubungan jangka panjang.
Petuah yang kerap mengingatkan untuk
mengenali lebih mendalam calon pasangan nyatanya masih relevan. Jalani
hubungan secara bertahap, kenali si dia lebih jauh, bangun kelekatan
bersama pasangan, dapat membantu Anda untuk mengetahui apakah si dia
pasangan yang tepat untuk Anda dan layak menjadi pendamping hidup,
selamanya
sumber www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar